a pleasant weekend~^^

weekend
saturday and sunday, especially time for leisure
http://www.oxforddictionaries.com

Huaaaaaa,,,, it’s been ages seriously akhirnya saya bisa benar-benar menikmati weekend.
Weekend terakhir di bulan Juni ini benar-benar bisa saya nikmati dengan manis, tanpa kepikiran tugas yang tersisih di akhir minggu dan mesti diselesaikan hari Senin.
Bukan berarti saya bakal nganggur di hari Senin nanti dan nggak ngelakuin apa-apa seminggu ke depan, tapi karena kerjaan saya di bulan Juni terselesaikan!! Yipppiee.. ^^
Alhasil weekend kali ini, saya bener-bener bisa merasakan yang namanya “me time”.

Sabtu weekend ini saya habiskan dengan tidur sepuas-puasnya (mengganti aka “balas dendam” waktu tidur yang banyak hilang di weekdays) , makan siang dengan Eun bi di lab (sederhana sih cuma pake nasi instant, telur mata sapi, ham dan sup rumput laut (yg juga instant)) sambil cerita-cerita, trus disambung dengan ngobrol heart-to-heart dengan Eun bi dan salah satu anak lab sebelah sambil minum jus mangga (the point is jus mangga! heheheh), balik ke kamar, beres-beres kamar, nyetrika, dannnnnnn nonton drama yang sudah saya tunggu-tunggu cukup lama sambil “fan-girl”ing ketika pemeran utama pria di drama itu muncul (AAAAAAAA!!!!)
di tengah-tengah sabtu santai ini cukup puas juga bisa video call an ma org rumah selama hampir dua jam. For me, talk to them (Papa, Mama, UU, Sara) cukup memberikan saya “sukacita” dan “semangat”. Ceritanya ngalur ngidul ga jelas, becanda ngakak-ngakak, dll. Bersyukur bahwa hubungan LDR-an dengan keluarga, ternyata bisa meningkatkan kemesraan dalam keluarga.

Hari Minggu ini, saya habiskan dengan dengan ke gereja dari pagi sampai siang, lanjut dengan makan siang bareng Eun Bi disambung dengan “coffee time” masih bareng Eun Bi juga , istirahat siang, ngobrol sama roommate saya dan kembali nonton drama favorit hehehhe.
Yang bikin special hari ini adalah mobil jemputan saya ke gereja kali ini adalah mobil jemputan yang biasa menjemput para “granny” dan “grandpa”. Walaupun lebih pagi, 10 menit dari mobil jemputan sebelum-sebelumnya namun saya lebih senang ikut mobil jemputan ini. Kenapa? Hmmm… sejujurnya saya juga nggak tau pastinya. Tapi bisa berinteraksi dengan nenek-nenek yang ada di mobil jemputan gereja somehow bisa mengobati kangen saya ke Eyang Ti (nenek saya) di Semarang. Semenjak menemani teman saya Inna yang operasi mata di rumah sakit awal Bulan lalu, tiba-tiba saya kangen banget dengan Eyang Ti. Hari ini boleh berinteraksi dengan para nenek ini, ternyata boleh cukup mengobati rasa kangen saya. Walopun nggak sepenuhnya. 😦
Hal yang lain yang boleh bikin saya happy adalah boleh ngobrol dengan sahabat baik yang lagi merantau ke Australia demi belajar bahasa Inggris (padahal bahasa inggrisnya uda jago dan berkembang pesat daripada bahasa korea saya). Talking to this guy truly make my day!^^ telponan 1 setengah jam ga kerasa banget, kerasanya begitu pipi saya sakit karena kebanyakan ketawa.
Truss boleh ngobrol ma roommate saya juga satu hal yang bikin saya happy. Roommate saya satu ini adalah Miss Busy. selalu berangkat lbh awal dari saya dan pulang lbh “pagi” daripada saya. Jadi bisa ngobrol dengan dia, adalah hal yang amat jarang terjadi. And i’m so happy for it! ^^

Weekend ini saya bahagia sekali~~ well, many people said “happiness is when you can enjoy and cherish simple things”, and I definitely agree! Thanks God! I’m happy ❀

Papa.. “my first and forever love”

“no matter how old she may be, sometimes a girl just need a Dad”

Kira-kira 5 tahun yang lalu, saya terbangun dari tidur saya dengan berlinang air mata.
Lari ke luar dari kamar, mencari Papa, dan langsung memeluk papa sambil menangis sejadi-jadinya.
Saat itu papa dengan ekspresi kebingungan bertanya ” Ada apa Ta? Kenapa? Apa yang sakit?”
waktu itu saya ceritakan semuanya dengan sesunggukan, saya mimpi Papa meninggal. Meninggalkan saya.
Buat saya itu mimpi paling buruk yang pernah saya alami. (Trust me, even when i wrote this my eyes got watery as i tried to recall that dream). Saat itu saya ingat Papa peluk saya sambil menepuk bahu saya dan bilang “Gak papa. Papa nggak kenapa-kenapa. Terus berdoa untuk Papa ya. Papa juga berdoa supaya papa bisa terus menemani kalian”

Buat saya, sosok papa adalah sosok yang amat sangat special; sosok yang saya hormati, saya kagumi, saya cintai dan saya banggakan.
Papa bukan sosok yang sempurna secara manusia. Papa juga punya banyak kelemahan sama seperti orang lain.
Papa itu pelupa (pakai banget) dan tidak bisa diandalkan dalam hal cari-mencari barang. Kalau ada barang papa yang hilang, pasti butuh orang lain buat mencari barang tersebut. Kalaupun papa harus mencari barang itu sendiri, maka akan butuh waktu lamaaaaa sekali… (trust me!)
Papa juga termasuk dalam anggota “clumsy society” heheheh,, Saya juga adalah salah satu membernya. Kayanya itu adalah salah satu “warisan” papa buat saya. Kami berdua “paling ga bisa” jalan tanpa accident. Selalu ada kaki meja yang ditabrak atau kursi yang disenggol, dan as a result kaki kami jauh dari kata “mulus”. Penuh luka, lecet, dan kawan-kawannya.
Papa juga adalah sosok yang gaptek. hehehehe. Butuh waktu lama untuk mengajari Papa tentang teknologi baru. Menurut saya pribadi, dari 4 anak papa cuma saya yang telaten ngajarin papa pake software di komputer, pake bbm, dll. Yang bikin saya cukup terharu adalah beliau rela ganti handphone demi mempermudah hubungan dengan saya selama saya di Korea. Buat papa ganti handphone adalah hal besar, karena beliau butuh waktu adaptasi yang cukup lama sampai akhirnya terbiasa dengan handphone tersebut.

Tapi ada banyak hal yang bikin saya cinta sama papa (pake banget).
Saya melihat papa adalah orang yang bener-bener menaruh iman pengharapan ke Tuhan Yesus. Zaman dulu kalau anak kecil lain pengin beli sesuatu, mereka tinggal merengek dan langsung dapat yang mereka mau. Kalau saya?? ada satu step lagi yang harus dilalui. Setiap saya merengek minta dibelikan sesuatu, Papa selalu bilang “berdoa minta Tuhan Yesus”. Zaman dulu jawaban itu rasanya adalah jawaban ter-absurd. Dalam logika anak kecil saya “ngapain harus minta Tuhan Yesus kalau papa pegang duit”. Tapi pembelajaran ini membuat saya akhirnya belajar melibatkan Tuhan disetiap keputusan, keinginan dan apapun yang saya lakukan. Papa selalu menghargai setiap keputusan “hasil berdoa” saya. Termasuk merantau ke Korea seperti saat ini dan melanjutkan pendidikan s3.
Papa selalu bilang ke kami anak-anaknya “Kalau bukan Tuhan, papa gak mampu seperti ini”. Kalau mau flashback ke belakang, papa bukan terlahir dari keluarga berada, dari lingkungan yang mendukung, dan dengan modal yang cukup. Melihat iman dan perjuangan papa, buat saya pribadi jadi satu pengingat akan besarnya Kasih setia Tuhan Yesus.

Papa adalah sosok yang “fair”. Dari dulu setiap kali saya kena marah papa (yang marahnya termasuk jarang), Papa akan minta maaf setelahnya. Beliau akan menjelaskan ke saya kenapa Papa marah, dan maksud dari kemarahan Papa. Buat saya kelapangan hati papa buat minta maaf adalah sesuatu yang keren dan menyentuh hati saya. Satu permintaan maaf yang mungkin buat orang lain ga penting, jadi satu pembelajaran buat saya. Nantinya ketika saya seandainya dipercaya Tuhan untuk mempunyai anak, saya mau menerapkan itu ke anak-anak saya. Saya belajar satu ucapan minta maaf yg tulus dari orang tua mampu menghapus kepahitan dalam hati seorang anak. Papa juga rajin ngajak kita kumpul untuk berdoa bersama, dan sharing tentang masalah dia, tentang kejatuhan dia sebagai manusia berdosa ke kami anak-anaknya.

Papa adalah pendengar yang baik. Papa tahu hampir semua kejadian dalam hidup saya. Sejak Papa di PHK (pas saya SD) dan memutuskan untuk berkerja sendiri, papa jadi punya lumayan waktu di rumah. Fyi, kantor papa ya di rumah heheheh. Walaupun beliau juga banyak di luar untuk melihat proyek, atau pelayanan di gereja, beliau selalu sedia mendengarkan cerita saya. Yang keren bukan hanya saya tapi juga mama, 3 adik saya yang lain, adik-adiknya dan orang-orang lain. Orang yang pertama kali saya cari ketika saya sampai rumah adalah Papa.

Hari ini adalah ulang tahun Papa yang ke 59. Saya sempet kaget melihat umur Papa yang makin “banyak”. Mengucap syukur untuk penyertaan Tuhan yang luar biasa buat Papa selama 59 tahun. Untuk kesehatan, pekerjaan, pelayanan dan apapun yang boleh terjadi dalam hidup Papa.
Sebagai boru panggoaran (bahasa batak; artinya anak pertama yang berjenis kelamin perempuan, yang namanya digunakan sebagai nama panggilan orang tuanya. Fyi, orang batak biasa dipanggil sesuai nama anak pertamanya. Papa saya dipanggil Bapak Tabita), saya sering merasa bersalah ke Papa. Di usia papa yang ke 59, seharusnya bisa lebih santai berkerja dan saya sebagai anak pertama bisa menggantikan peran beliau secara perlahan. Bukan sebagai penopang ekonomi keluarga saja, namun juga sebagai penjaga keluarga, supir keluarga dan pemerhati keluarga. Tapi saya justru ada di Korea berusaha mengejar mimpi saya. Tiap kali saya dengar lagu Batak yang berjudul boru panggoaran, saya biasanya akan meneteskan air mata, mengingat isi hati Papa untuk saya.
Saya tidak bisa memberi kado istimewa buat Papa, saya juga tidak bisa hadir di samping Papa untuk merayakan hari ulang tahun Papa, tapi ini isi hati saya. I’m really grateful to have you, Mr. Djasahir Wilson Marbun, as my Father. I love you Dad, more than i can say! πŸ™‚

Sangju, 17 Juni 2015

Tabita Marbun
-The happiest daughter in the entire universe-

Daegu, 25 Februari 2015

Daegu, 25 Februari 2015

Foto saya bersama papa di wisuda s2 saya Februari yang lalu

PS : This song represents what i’m feeling now

Beware of Korean….brondong!!!

Banyak orang asing yang tinggal di Korea bilang makhluk paling berbahaya di Korea adalah “ahjumma” (wanita yang telah menikah).
Alasannya adalah mereka punya tenaga super yang kadang bisa melebihi tenaga bapak-bapak, punya suara keras yang ga mau kalah klo lagi berantem, dan peraturan dimana “wanita selalu menang”.
Tapi buat saya (yang surprisingly getting along well with these ahjumma), makhluk yang paling nyeremin di korea adalah para berondong.
Bukan satu dua kali saya dibuat “serem” sama cowok-cowok korea yang usianya lebih muda dari saya.
seremnya sampai masuk tahap flustered, gregeratan, gemes dan balik flustered lagi, trus gregetan trus gemes dan gitu seterusnya.
Di Indonesia cewek-cewek -yang karena kecanduan korean drama- mendadak punya fantasi berlebihan tentang “oppa” (yang artinya kang mas dalam bahasa jawa, abang kata orang batak, dan akang kata orang Sunda) alias laki-laki yang lebih tua.
Honestly, sblm berangkat ke Korea saya juga punya fantasi itu, tapi begitu sampai di korea fantasi itu sirna. Mungkin karena saya ketemu oppa-oppa (oppa bentuk jamak alias banyak heheheh) yang lbh seru buat dijadiin temen curhat atau temen seru-seruan atau malah jadi temen berantem hehehhee. Faktor lain adalah karena saya tinggal di Sangju, kota kecil yang nggak memungkinkan saya buat bertemu oppa-oppa keren, menawan hati (maybe!).
However, selama di korea saya selalu punya story sama brondong korea (laki-laki korea yang usianya lebih muda dari saya). Mungkin karena saya ada di lingkungan kampus , saya banyak ketemu anak2 S1 yang notabene usianya kebanyakan lebih muda dari saya. Terlebih tahun-tahun belakangan ini. (oh i’m getting older and older).
Tapi seriusan, so far yg bisa bikin hati saya “flustered” adalah para berondong ini.
Para? iyaa, karena ada lebih dari satu hehehhee
how they treat girls are more more gentle than the “older” one do.
dan itu sering banget sukses buat saya GR.
hehehehhee

tahun pertama di Korea saya ketemu satu brondong yang smart , lumayan jago bahasa inggris (waktu itu, faktor bisa bahasa inggris adalah faktor yang bikin saya deket sama orang karena bahasa korea saya masih masuk levek tarzan), a good christian, yang baik banget sama saya. Bukan hanya dia, tapi juga keluarganya. Keluarga? Iya, keluarga. Mamanya bahkan ngundang saya ke Daegu (rumahnya di Daegu) buat menemani saya jalan-jalan, beliin saya ini itu (yang harus saya tolak berkali-kali dan (terpaksa) saya terima karena di desak terus, ketemu keluarga besar dan neneknya, makan di rumah nya, dan disuruh manggil mamanya mama juga. fiuhhh,,, Tapi setelah itu beberapa bulan kemudian kaya tidak ada kabar. dan feeling nya kaya selesai…. Analisis temen saya dia “main”in “tarik ulur”, tapi saya gagal paham. kalo dia ga kirim kakao talk duluan maka saya pun nggak ngehubungin dia. anyway, uda selesai. Toh skrg yang bersangkutan lagi mengabdi buat negara (walaupun terus terang perhatian dia ke saya dulu cukup buat saya deg-deg an).

Tahun kedua saya ketemu brondong lab depan lab saya. ginuk ginuk lucu, jago karaoke, pendengar yang baik, dan ke gereja demi saya. Kayanya saya yang terlalu “over-friendly” dan dia mengartikan “over-friendly” nya saya sebagai signal…. And he (sadly) confessed to me. Honestly, saya nyaman dengan dia. Biasanya kalau ada cowo yang suka sama saya, saya akan berubah 180 derajat dr Tabita yang hangat jadi Tabita yang menyebalkan. Dan biasanya cenderung untuk menjauhi dia kalau saya nggak suka. Tapi dengan brondong no 2 ini saya masih tetep ngerasa nyaman sampai bisa bilang “no,, kita mending temenen aja” dengan tidak grogi dan baik hati. As a result, saya masih berteman baik dengan dia. Sekarang yang bersangkutan lagi cuti kuliah satu semester demi alasan kesehatan.

Di tahun ketiga ini, saya ketemu brondong korea yang friendly sekali dan daripada ngebuat saya flustered dia lbh sering bikin saya ketawa. He is a funny guy with good “adaptation” ability -dimanapun dia ditempatin dia bisa punya temen dalam waktu kilat- Pertama kali ketemu sama dia 2 tahun lalu di acara welcome party mahasiswa untuk mahasiswa baru. Waktu itu dia adalah salah satu “tetua” organisasi mahasiswa. Saya kenalan dengan dia disitu, dikenalkan temen saya yang temennya dia juga. Kita ga banyak ngobrol hari itu. Tapi besoknya dia minta kontak saya lewat temen saya, dan kontak saya untuk ngajak temenan. Cute, right? hehehehe Sejak saat itu kita deket. Dua bulan sejak kita kontak2an dia harus berangkat ke Filipin dan Kanada buat belajar bahasa Inggris selama 1 tahun. Perasaan “sendiri” di negeri yang bahasanya nggak kita kuasai itulah yang bikin kita bisa saling empati satu sama lain. Tapi dia berkembang pesattt bangettttt, sementara saya (bahasa korea saya maksudnya) ga berkembang. Gitu2 aja. Fiuhhhh,,, Yang bikin terharu ketika dia mendarat di korea dia ngontak saya ngabarin klo dia sampai korea dan meluangkan waktunya buat ketemu saya di Sangju walaupun sebentar.

Di luar ini, ada beberapa berondong keren dan baik hati di sekitar saya.
ada juga brondong manis yang pinter banget bahasa Indonesia (karena pernah tinggal di Indonesia) dan positif thinking banget. Jujur saya ini orang yang senengnya “negative thinking” dan selama saya tinggal di Korea saya banyak “jatuh” karena negative thinking nya saya ini. Dia adalah salah satu orang yang sering kasih semangat dan kata2 positif supaya saya bangkit lagi sejak pertama kali saya datang ke Korea sampai sekarang.

Dannn beberapa berondong lain yang saya ga bisa sebutin satu2 karena capek ngetiknya heeheh

Anyway, buat saya (yang so far belom pernah ketemu oppa2 keren yang menarik hati) brondong korea lebih patut di waspadai hehehhe. karena kalau nggak hati-hati, bisa-bisa kita jadi “baper” (baru belajar kosa kata ini kmrn hehehe), GR sendiri dan patah hati akhirnya. Korean boys are born with nice and gentle manners., so girls dont missunderstand! *wink*

-Tabita Marbun-
yang hidup di dunia penuh berondong

4:30 AM

ini bukan judul lagu
atau judul film baru
atau bahkan judul novel thriler terbaru.
ini tentang jam tidur saya yang bulan-bulan ini makin mundur,,,

dulu..
Mama saya pernah bilang “orang yang beruntung adalah orang yang bisa cepat tidur”. Kenapa? Karena berarti orang itu tidak dalam kondisi stress dan banyak pikiran sehingga mudah untuk tidur lelap.
Dulu saya pikir itu alasan mama saya buat “ngeles” (bahasa jawa untuk kata “mengelak”) kalau kita anak-anaknya lagi protes dengan kebiasaan mama yang “ga bisa nyium bantal” alias “3 second. Go!” alias gampang banget tidur kalau kepala sudah menyentuh bantal. Pakai ngorok lagi (sssttt! ini rahasia ya? hehehhe).
Tapi sekarang saya paham kenapa mama saya bilang begitu dan sangat sangat ingin jadi orang yang beruntung itu.

Tiap kali nutup mata, yang teringat dan terngiang adalah tugas apa yang harus diselesaikan besok.
Oh my! maksud saya bahkan belom resmi menyandang gelar Ph.D tapi uda kena insomnia.
Tiap kali nutup mata, yang teringat dan terngiang adalah rencana masa depan saya, plan2 apa saya yang harus saya ambil, bagaimana me-manage keuangan bulan ini, kemana saya harus pergi setelah lulus, deg2 ser bayangin apakah manuscript saya bakal diapprove apa tidak
Fiuhh!!! saya masih single, blm berkeluarga dan belom kepala 3 tapi seakan2 masalah uda numpuk semua

Kemarin di gereja, denger firman Tuhan dari Matius 6 : 31-34.
bukan ayat yang asing, secara Mat 6:33 adalah ayat favorit saya sepanjang masa.
Tapi beneran diingatkan buat menaruh semua kekhawatiran di tangan Tuhan.
harus belajar tidak khawatir.
kata2 pendetanya nohokkk bangett pula.. “jangan khawatir besok makan apa, besok minum apa, besok pakai baju apa (kayanya semua cewek ada khawatir gini deh,, apa aku aja ya? hehehehe), jangan khawatir nanti kerja dimana setelah lulus (nah loo.. kena lagi), jangan khawatir siapa jodoh kita (nahhhh,,, iniiii kena lagiii lagi lagii).

Intinya,,
bersyukur diingatkan untuk belajar bersyukur dan ga khawatir.
burung di udara aja dipelihara Tuhan, apalagi saya,,
semangat Ta!
*ngatur bantal, selimut ma guling*

-Tabita Marbun-
*yang lagi lurus dan dapat pencerahan*