Endless love

 For I am convinced that neither death nor life, neither angels nor demons,neither the present nor the future, nor any powers,  neither height nor depth, nor anything else in all creation, will be able to separate us from the love of God that is in Christ Jesus our Lord.

Rome 8 : 38-39

Lately, saya lagi senang banget nonton drama romance unyu-unyu. Bukan berarti sebelumnya ga suka, namun akhir-akhir ini saya jadi lebih memilah-milah dan hanya menonton dengan unsur romance dengan kadar keunyuan tingkat tinggi. Mungkin karena usia yang sudah menjelang 30 dan belum diberi kesempatan merasakan keunyuan tersebut (fiuh! hembus nafas panjang). Kalau kata orang korea 대리 만족 (daeri manjok) alias vicarious satisfaction. Anyway, definisi saya soal cinta lagi berkaitan dengan kata unyu dan romantis. I mean, women all over the world can’t resist the power of romanticism and sweetness right??

Pagi ini saya agak terlambat keluar dari kamar untuk berjalan keluar dan menunggu jemputan mobil gereja di depan kampus. Alasannya satu : morning call dari kamar mandi. Karena waktu siap-siap yang minim, saya memutuskan untuk tidak memakai make up lengkap hari ini seperti biasanya. Saya cuma memoleskan bedak tipis dan gincu ala kadarnya sambil memasukkan barang-barang ke dalam tas yang akan saya bawa ke gereja. Saya berjalan ke depan kampus sambil berjanji “lain kaliii bangun lebih pagi.. supaya bisa antisipasi morning call” Tapi sepertinya Tuhan menyiapkan sesuatu yang lebih dari sekilas wajah tak bermake up (tebal) hari ini.

Mobil gereja hari ini sama seperti biasanya diisi oleh oma opa (kakek nenek- bukan oppa). Saya seperti biasa duduk di pojok belakang mobil gereja dan seperti minggu-minggu sebelumnya di sebelah saya duduk seorang kakek yang selalu ramah menyapa dan menyalami saya tiap kali di menaiki mobil gereja. Hari ini dia menunjukkan kepada saya beberapa foto di telepon genggamnya. Foto yang pertama adalah foto sebuah makam dengan bunga cantik di sebelahnya. Saya menoleh ke arah si kakek, bertanya tanpa mengeluarkan suara. Dia menjawab “makam istri saya”. Dia menggerakkan tangannya di telepon genggamnya, menggeser foto pertama ke foto berikutnya. Foto kedua, foto seorang wanita separuh baya befoto diantara bunga-bunga. “Ini istri saya” katanya menjelaskan. Saya berkomentar “wah cantik yaa”. Komentar yang lazim diucapkan semua orang saya rasa. Ia kemudian menggeser foto kedua ke foto berikutnya. Saya melihat almarhumah istri si kakek tersenyum lebar sambil digandeng kanan kiri oleh seorang pemuda dan pemudi yang wajahnya hampir mirip. “Anak?” Tanya saya. Si kakek mengangguk lalu menghela nafas panjang. “Ahhh,,, dulu istri saya sangat senang dengan tanaman. Saya menyesal sudah menjual rumah kami yang berhalaman luas itu untuk pindah di apartemen. Sejak saat itu istri saya mulai saya sakit. Saya selalu bilang saya yang akan “pergi” duluan, tapi ternyata dia yang duluan meninggalkan saya” Katanya. Saya bingung harus memberi respon apa, hanya diam sambil terus menatap foto terakhir yang dia tunjukan. Dalam hati saya bergumam “ahhh.. kakek ini pasti kangen sekali dengan istrinya” dan membiarkan pikiran itu hilang begitu saja ketika kami sampai di gereja.

Khotbah hari ini bertemakan “끝을 없는  사랑” atau endless love. Cinta yang tak ada ujungnya. Firman Tuhannya diambil dari Roma 8 ayat 38 dan 39. Bukan ayat yang asing sebenarnya. Tapi Tuhan pakai ayat familiar ini untuk kembali “menggelitik” hati saya dan menyadarkan saya tentang apa makna cinta yang sebenarnya. Tentang kasih yang nggak bisa dipisahkan oleh apapun termasuk maut. Diingatkan tentang cinta nya Tuhan kepada saya (dan manusia lainnya) yang tidak terhalangkan oleh apapun. Meskipun itu harus melewati proses menyakitkan dan kematian. But in the end, His love won! Menang melawan maut dan kuasa-kuasa jahat dibalik itu semua. The best thing is His love will never change.

Dan definisi saya soal cinta yang unyu berubah. I mean, cinta kita dari dan ke manusia bisa berubah, bisa sirna, dan termakan waktu. Kata orang sih, cinta nya ga berubah, manusianya yang berubah.

Saya bersyukur bahwa saya boleh menerima cinta itu.

Love,

Tabita Marbun

P.S : This post was supposed to be posted on March 5th, 2017. But because one and thousand reasons it is posted today.  Anyway, Happy (belated) Easter! ^^

Leave a comment